Wednesday, November 11, 2009

KARTOGRAFI

Kartografi adalah ilmu dan teknik pembuatan peta (Prihandito, 1989). Dalam kaitannya dengan survei arkeologi, pembahasan mengenai kartografi pada bab ini tidak langsung dikaitkan dengan ilmu dan teknik pembuatan peta, tetapi lebih berkaitan dengan pemanfaatan peta yang sudah dipublikasikan untuk kepentingan survei. Ulasan tentang teknik pemetaan secara garis besar sudah dibahas dalam Bab II.

Mengingat peta termasuk sebagai perlengkapan utama dalam kegiatan survei arkeologis, maka bab ini selain membahas pemanfaatan peta untuk survei arkeologis, juga akan membahas tentang jenis-jenis peta dan teknik pembacaan peta. Pemanfaatan peta yang dikemukakan dalam bab ini dapat melengkapi �Pengumpulan Informasi untuk Interpretasi� yang dijelaskan di Bab IV dan survei situs arkeologis yang dijelaskan di Bab VII, VIII, dan IX.

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti kuliah ini (akhir pertemuan VIII) mahasiswa akan dapat menggunakan peta yang sudah diterbitkan untuk keperluan survei arkeologis.



PENYAJIAN

1. Pengenalan Jenis-jenis Peta

Peta dapat diklasifikasikan menurut jenis, skala, fungsi, dan macam persoalan (maksud dan tujuan). Ditinjau dari jenisnya peta dapat dibedakan menjadi dua, yaitu peta foto dan peta garis. Peta foto adalah �peta yang dihasilkan dari mosaik foto udara / ortofoto yang dilengkapi garis kontur, nama, dan legenda� (Prihandito 1989: 3). Peta ini meliputi peta foto yang sudah direktifikasi dan peta ortofoto. Adapun peta garis adalah �peta yang menyajikan detil alam dan buatan manusia dalam bentuk titik, garis, dan luasan� (Prihandito 1989: 3). Peta ini terdiri atas peta topografi dan peta tematik.

Ditinjau dari skalanya, peta dapat dibedakan menjadi peta skala besar (1:50.000 atau lebih kecil, misalnya 1:25.000) dan peta skala kecil (1:500.000 atau lebih besar). Adapun menurut klasifikasi berdasarkan fungsi, terdapat tiga macam peta, yaitu:

� Peta umum, yang antara lain memuat jalan, bangunan, batas wilayah, garis pantai, dan elevasi. Peta umum skala besar dikenal sebagai peta topografi, sedangkan yang berskala kecil berupa atlas;

� Peta tematik, yang menunjukkan hubungan ruang dalam bentuk atribut tunggal atau hubungan atribut; dan

� Kart, yang didesain untuk keperluan navigasi, nautical dan aeronautical (Prihandito 1989: 3-4).



Adapun peta yang dapat diklasifikasikan menurut macam persoalan (maksud dan tujuan), antara lain meliputi: peta kadaster, peta geologi, peta tanah, peta ekonomi, peta kependudukan, peta iklim, dan peta tata guna tanah (Prihandito 1989: 4).

Di antara macam-macam peta peta tersebut, yang sering digunakan dalam survei arkeologi adalah peta topografi. Peta topografi adalah peta yang menampilkan, semua unsur yang berada di atas permukaan bumi, baik unsur alam maupun buatan manusia, sehingga disebut juga peta umum. Unsur alam antara lain meliputi: relief muka bumi, unsur hidrografi (sungai, danau, bentuk garis pantai), tanaman, permukaan es, salju, dan pasir (Prihandito 1989: 23; Hascaryo dan Sonjaya 2000: 10).


Adapun unsur buatan manusia di antaranya adalah: sarana perhubungan (jalan, rel kereta api, jembatan, terowongan, kanal), konstruksi (gedung, bendungan, jalur pipa, jaringan listrik), daerah khusus (daerah yang ditanami tumbuhan, taman, makam, permukiman, lapangan olah raga), dan batas administratif (Prihandito 1989: 22; Hascaryo dan Sonjaya 2000: 10). Tinggalan-tinggalan arkeologis atau bersejarah seperti bangunan megalitik, candi, gereja, dan reruntuhan bangunan kuna, seringkali juga ditampilkan dalam peta topografi (lihat McIntosh, 1986: 44). Selain menyajikan data keruangan, peta topografi juga memuat data non-keruangan, antara lain grid, graticul (garis lintang dan bujur), arah utara, skala, dan legenda (keterangan mengenai simbol-simbol yang digunakan pada peta) (Prihandito 1989: 117-120; Hascaryo dan
Sonjaya 2000: 10; lihat gambar V.1).

2. Pemanfaatan Peta

Peta topografi dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, serta dapat digunakan sebagai peta dasar (base map) dalam pembuatan peta tematik, seperti peta arkeologi dan peta turis (lihat Prihandito 1989: 17). Dalam survei arkeologi, peta topografi berguna untuk memperoleh gambaran umum tentang wilayah yang diteliti. Dalam kondisi tertentu, misalnya medan survei yang terlalu berat, peta yang sudah ada dapat dipakai untuk memplotkan temuan arkeologis. Pemetaan tersebut, meskipun hanya bersifat sementara, sangat efektif untuk menyimpan dan menyelamatkan data arkeologis (Hascaryo dan Sonjaya 2000: 1).

Data dari peta topografi yang diambil untuk membuat peta arkeologi hanya satu atau dua unsur saja, tergantung dari skala dan tujuan pembuatan peta arkeologi itu. Data tersebut digunakan sebagai latar belakang penempatan dan orientasi secara geografis. Selain peta topografi, yang dapat digunakan sebagai peta dasar antara lain adalah foto udara, peta geologi, dan peta administratif (Hascaryo dan Sonjaya 2000: 10). Besar skala peta dasar yang dibutuhkan untuk membuat peta arkeologi tergantung pada luas wilayah yang akan dipetakan, yaitu:

wilayah seluas provinsi memerlukan peta dasar berskala 1:100.000 sampai dengan 1:250.000;

wilayah seluas kabupaten memerlukan peta dasar berskala 1:50.000 sampai dengan 1:100.000;

wilayah setingkat kecamatan, desa, atau situs memerlukan peta dasar berskala 1:10.000 sampai dengan 1:25.000 (Wasisto 1998, dikutip dalam Hascaryo dan Sonjaya 2000: 10).

Latihan

Berdasarkan peta topografi yang tersedia, berikan penjelasan tentang:

nomor grid peta

besar skala

data arkeologis yang dimuat dalam peta

nama tempat (toponim) yang menurut anda berkaitan dengan sejarah, peristiwa, kegiatan, atau status sosial tertentu.

Rangkuman

Pengertian kartografi secara luas adalah ilmu dan teknik pembuatan peta.

Peta topografi adalah peta yang menampilkan semua unsur yang berada di atas permukaan bumi, baik unsur alam maupun buatan manusia.

Peta topografi disebut juga peta umum atau peta dasar, dan dari peta ini dapat diciptakan peta tematik, seperti peta arkeologi.








No comments:

Post a Comment

My Favorites

buku tamu

Followers