Saturday, March 20, 2010

Photogrammetry

Photogrammetry
Photogrammetry is the science of measurement by means of photographs. Photogrammetric surveying is the application of photogrammetry to the operations of finding and delineatingthe conturs,dimensions,positioning ,etc, of parts of the earth’s surface. The principles of photogrametry are applicable to the fields of archeology, architecture,astronomy,ballistic,criminology,geology,hydraulics,radiology,and other sciences, but the gratest Development of the science isi n the field of photogrametric surveying. The realization of photogrametry is the mathematical or graphical analysis of single or overlapping photographs.

As the image of actual objects appears displaced and are of proportionate size according to their distance and relative position within the range of vision of the eye, so do the scale and the position of objects in photographs vary according to their distance and position relative to the camera stadion. Photogrammetric surveying is accomplished by the measurrement of these differences in scale and displacements in position.

Photogrammetry is not a new science, but only recently has the knowledge of photogrammetric surveying become general. It is ascience gradually developer, whose basic principles and mathematical analysis have been known for about one hundred years. Its initial Development was slow because it grew as a Branch of a science of optics and photography and came only White the Development of Aviation .

A clear understanding of the meaning of the expressions used in photogrametric surveying is essential. Following are definitions of some of the more Common terms in current use:
An anaglyph is a picture printed or projected in complementary colors combining the two images of a stereoscopic pair and giving a stereoscopic image when viewed throught spectacles having filters of corresponding compementary colors.
A camera is a Chambers or a box in which the image of eksterior objects are projected upon a sensitized surface. An aerial camera is one specially designed for use in aircraft.

Surveying

SURVEYING
SURVEYING has to do with the determination of the relative location of points on or near the surface of the earth. It is the art of measuring horizontal and vertikal distance between objects, of measuring angels between lines, of determining the directions of lines, and establishing points by predetermined angular linear measurements .

Concomitant White the actual measurements of surveying are mathematical calculations. Distances, angels, directions, elevations, areas, and volumes are Thus determined from data of the survey. Also, much of the information of the survey is portrayed graphically by by the constructionof maps, profiles,cross-sections, and diagrams.

Thus the process of surveying may be divided into the field work of computing and drawing necessary to the purpose of establishing the boundaries of land, and such surveys are still the important work of many surveyors. Every construction project of any magnitude is based to a greater or less degree upon measurements taken during the progress of a surveys and is constructed about lines and points established by the surveyor.A side from land surveys, practically all surveys of a private nature and most of those conducted by public Agencies ore of assistance in the conception, desing, execution of engineering works.

For many years the goverment, and in some instances the individual states have conducted surveys over large areas for a variety of purpose. The principal works so far accomplished consists in the fixing of national and state boundaries, the precise location of definete reference points throught the country, the collection of valuable facts concering the earth’s magnetism at widely scattered stations,and the mappingof certain portions of the interior particulary near the seacoasts, along the principal River and Lakers, in the localities of valuable mineral deposits, and in the older and more thickly settled region.

Thus surveys are devided into Three classes : (1) those for the primary purpose of establishing the bondaries of land, (2) those providing information necessary for the contruction of public or private works, and (3) those of large extent and high precesion conducted by the goverments and to some extend by the states.

Friday, March 12, 2010

Tata Letak Peta

TATA LETAK PETA

Tata letak suatu peta (Map layout) merupakan pengaturan data spasial dari berbagai macam elemen PETA.
Untuk mengetahui maksud dari tata letak peta, beberapa definisi akan dijelaskan seperti berikut;
1. Muka peta (map face):
Suatu permukaan (kertas/film dis), dimana area yang akan dipetakan digambarkan di atasnya.
2. Garis tepi (neat line):
Suatu garis yang membatasi muka peta.
3. Garis batas luar / Kerangka / Frame (outer border):
Suatu garis (berbentuk dapat segi empat atau bujur sangkar) yang mengelilingi garis tepi (neatline).
4. Batas Informasi (border information):
Daerah di antara garis tepi dan garis batas luar (frame).
5. Keterangan Tepi (marginal information):
Suatu keterangan yang dicantumkan di daerah tepi peta, yang berisi informasi peta. Informasi Peta tersebut antara lain :
- Judul Peta
-Legenda
- Skala
- Arah utara
- diagram lokasi (peta indeks)
-Keterangan sejarah (misal sumber data, tahun pembuatan, pembuat peta, sistem proyeksi yang digunakan dan lain sebagainya).

Pemetaan BPN

PEMETAAN DI BPN
(BADAN PERTANAHAN NASIONAL)

1. MAKSUD PEMETAAN DI BPN

Calam rangka penyiapan pembuatan sertifikat tanah yang dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN), pei-lu adanya peta dasar yang dapat digunakan sebagai bahan dan sarana untuk pembuatan sertifikat. Demi menjamin kepastian hukum,peta dasar harus dibuat dengan teliti.
Untuk pembuatan peta dasar perlu adanya peta topografi yang digunakan sebagai dasar acuan. Peta topografi dapat dibuat melalui proses fotogrametri atau secara teristris, bahkan gabungan keduanya. Menggunakan peta topografi , pengukuran serta pendataan bidang-bidang di lapangan dapat diketahui pemilikan tanah, jumlah luasan dan posisi atau
Jetak pemilikan tanah. Mengingat pemilikan tanah, jumlah luasan dan letak pemilikan tanah tersebut akan dituangkan ke dalam sertifikat, maka peta dasar yang dibuat harus benar.

2. TUJUAN PEMETAAN Dl BPN adalah :
a. Supaya tercapai tertib hukum pertanahan.
b. Supaya tercapai tertib administrasi pertanahan.
c. Supaya tercapai tertib penggunaan tanah.
d. Supaya tercapai tertib pemeliharaan dan lingkungan hidup.

3. JENIS PETA BPN
3.1 Jenis Peta di Badan Pertanahan Nasional berdasarkan PMA no 6 tahun19^1.

Di Badan Pertanahan Nasional (BPN) ada beberapa jenis peta yang pemakaiannya disesuaikan dengan fungsinya, yaitu :
1. Peta Dasar Teknik.
2. Peta Kerja.
3. Peta Dasar. Pembuatan Peta tersebut di atas di atur dalam PMA no 6 tahun 1991.

3.1.1. PETA DASAR TEKNIK (menurut PMA no 6tahun 19
Peta Dasar Teknik adalah gambar dari titik-titik poligon (titik kontrol hasil ukuran di lapangan), yang dilengkapi dengan bangunan- bangunan penting, jalan, sungai yang digunakan untuk orientasi di lapangan. Pemetaan Titik Dasar Teknik dapat meliputi satu desa, J— Fa, dapat juga meliputi beberapa desa sekaligus.
Rancangan Peta Dasar Teknik (Berdasarkan PMA no 6 th'^1).
Ukuran / Format- peta:100 cm x 70 cm (atau 100 Cm x 100 Cm). Skala peta 1 : 5000.
Arah utara dinyatakan dengan anak panah berwarna biru. Pada peta dasar teknik memuat titik-titik polygon, batas-batas pemerintahan, jalan, sungai dan bangunan- bangunan penting yang bisa digunakan untuk orientasi.
- Titik-titik polygon dinyatakan dengan lingkaran hitam dengan garis tengah 3 mm, tergantung ketelitian dari titik tersebut dipeta dinyatakan lingkaran bergaris satu, dua atau penuh.
Sisi-sisi polygon yang diukur secara elektronik dinyatakan dengan garis hitam penuh, jika sisi poligon itu didapat dan meet band / ®@ay dinyatakan dengan garis hitam putus-putus.
Judul peta diletakkan pada bagian atas sebelah kanan ditulis "Peta Dasar Teknik",
(Untuk jelasnya lihat dan baca buku PMA no 6 Tahun 1961).

Friday, March 5, 2010

Membaca Peta

PRAKTEK MEMBACA PETA


Maksud
Digunakan untuk mengerti dan memahami informasi di PETA Rupa Bumi Indonesia (RBI) yang ditampilkan dalam bentuk gambar atau simbol-simbol secara mudah
Tujuan
Melatih pengguna peta dapat lancar membaca peta (berkomunikasi melalui peta).
Bahan
Bahan yang digunakan untuk membaca peta ini seperti berikut :

1. Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) atau
2. Peta Tematik

Teori
Peta mempunyai kriteria-kriteria seperti berikut :
1. Peta berisikan suatu informasi.
2. Informasi ditampilkan dalam bentuk gambar atau simbol-simbol.
3. Tujuan umum dari semua peta adalah memberikan informasi yang ditampilkan dalam bentuk gambar atau simbol-simbol kepada pengguna peta.
Ada sebagian pengguna peta tidak mengerti dan memahami informasi tertentu pada peta, hal tersebut disebabkan latar belakang pengetahuannya tidak cukup atau karena hanya sebatas melihat pada detil tertentu. Disamping itu peta juga tidak berisi teks yang menjelaskan pada sipengguna peta, dimana untuk mencari informasi tersebut
Pengguna peta sebaiknya mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupannya, lingkungan adat istiadat, dan pribadinya yang berkaitan dengan dengan peta. Sebab faktor tersebut berpengaruh pada pemahaman akan peta. Sebagai contoh : peta topografi memberikan gambaran dari suatu tempat dari unsur-unsur yang ada dimuka bumi. Meskipun orang tersebut belum mengenal daerah tersebut, tetapi ia dapat membaca dan mengerti peta daerah itu, seolah-olah ia dapat mengenal bentang darat/topografi daerah itu. Akan tetapi jika orang tersebut belum punya pengalaman dan pengetahuan tentang peta, misalnya gambar garis kontur, yang biasanya digunakan untuk menanpilkan relief, akan menjadi bingung dan salah mengartikan garis tersebut
Peta tidak berisi teks yang menjelaskan kepada sipengguna peta, bagaimana memperoleh suatu informasi dengan cara membaca peta. Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman pribadinya berkaitan dengan pemakaian peta, pengguna peta dapat berkreasi yang dapat memunculkan idenya tentang bagaimana cara membaca peta dengan efektif.
Sebelum membaca suatu peta, sebaiknya dikenalkan tentang bagan susunan / struktur atau tata letak peta (map layout), seperti Gambar 1. berikut ini.














Gambar 1 . Tata Letak Peta (Map Layout)


Menurut Muehreke, et al, 1980, untuk membaca suatu peta dapat melalui tahapan seperti berikut ( lihat Gambar 2) :
1.Melihat tipe petanya  Peta Topografi / Rupa Bumi atau peta tematik
2.Lokasi daerah yang dipetakan
3.Legenda atau keterangan
4.Skala
5.Arah
6.Posisi atau koordinat
7.Muka Peta

Ad.1. Tipe peta
Berdasarkan tipe peta dapat diketahui isi petanya. Jika tipe petanya adalah Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) atau peta topografi (peta umum) maka peta tersebut berisi semua unsur-unsur alam (sungai, gunung, danau, dsb) dan semua unsur buatan manusia (jalan, gedung, batas administrasi, rel kereta api, dsb). Tetapi jika petanya adalah Peta Tematik, maka peta tersebut berisi tentang suatu tema dari unsur yang ingin diinformasikan, misalnya tentang unsur pariwisata, jaringan jalan dan lain sebagainya.

Ad.2. Lokasi daerah
Dari lokasi daerah yang dipetakan dapat diketahui nama area atau wilayah yang terpetakan. Pengguna peta dapat memperoleh informasi tentang area tersebut sesuai yang diinginkan.

Ad.3. Legenda atau keterangan
Dari Legenda atau keterangan yang berisikan simbol-simbol beserta keterangan dari unsur yang disimbolkan tersebut, pengguna peta dapat mengetahui detil atau obyek yang digambarkan di peta (muka peta), misalkan : jalan, sungai, garis kontur, batas administrasi dan lain sebagainya.

Ad.4. Skala
Dari skala peta yang ada, dapat diketahui ketelitian petanya (semakin besar skala petanya semakin teliti / lengkap detil / unsur yang dipetakan) serta perbandingan antara ukuran detil di peta dengan detil tersebut di lapangan.

Ad.5. Arah
Dari arah yang digunakan dapat diketahui arah jurusan yang dipakai, apakah arah utara grid (peta) , arah utara magnetik atau arah utara sebenarnya (utara geografis).

Ad.6. Koordinat
Berdasarkan koordinat yang digunakan (baik koordinat peta X,Y maupun koordinat geografis (φ, λ) dapat untuk mencari lokasi atau posisi suatu obyek di peta, atau sebaliknya, dapat digunakan untuk menggambarkan obyek atau detil di peta.

Ad.7. Muka Peta
Muka peta ini berisikan gambar-gambar detil, baik detil alam maupun buatan manusia. Detil-detil tersebut digambarkan dalam bentuk simbol-simbol yang dijelaskan pada legenda (keterangan). Disamping itu dimuka peta dituliskan pula teks ataupun nama-nama tempat (nama geografis) yang dapat digunakan oleh pengguna peta mengenal daerah tersebut.

Berdasarkan tahapan-tahapan di atas, dapat digunakan untuk membantu dan memudahkan pengguna peta dalam membaca peta. Meskipun demikian pengetahuan, pengalaman dalam kehidupannya, lingkungan adat istiadat, dan pribadinya yang berkaitan dengan dengan peta akan membantu pengguna peta dalam membaca peta untuk memperoleh informasi yang diinginkan.

..

Tata Letak Peta

Sebelum membuat / mengambar peta, perlu diketahui terlebih dulu tata letak peta, yaitu struktur atau bagian-bagian yang ada pada suatu peta.
TATA LETAK PETA
Tata letak suatu peta (Map layout) merupakan pengaturan data spasial dari berbagai macam elemen PETA.
Untuk mengetahui maksud dari tata letak peta, beberapa definisi akan dijelaskan seperti berikut;
1. Muka peta (map face):
Suatu permukaan (kertas/film dis), dimana area yang akan dipetakan digambarkan di atasnya.
2. Garis tepi (neat line):
Suatu garis yang membatasi muka peta.
3. Garis batas luar / Kerangka / Frame (outer border):
Suatu garis (berbentuk dapat segi empat atau bujur sangkar) yang mengelilingi garis tepi (neatline).
4. Batas Informasi (border information):
Daerah di antara garis tepi dan garis batas luar (frame).
5. Keterangan Tepi (marginal information):
Suatu keterangan yang dicantumkan di daerah tepi peta, yang berisi informasi peta. Informasi Peta tersebut antara lain :
- Judul Peta
-Legenda
- Skala
- Arah utara
- diagram lokasi (peta indeks)
-Keterangan sejarah (misal sumber data, tahun pembuatan, pembuat peta, sistem proyeksi yang digunakan dan lain sebagainya).

Fotogrametri

Fotogrametri
fotogrametri adalah suatu seni, ilmu dan teknik untuk memperoleh data-data tentang objek fisik dan keadaan di permukaan bumi melalui proses perekaman, pengukuran, dan penafsiran citra fotografik. Citra fotografik adalah foto udara yang diperoleh dari pemotretan dari udara yang menggunakan pesawat terbang atau wahana terbang lainnya. Hasil dari proses fotogrametri adalah berupa peta foto atau peta garis. Peta ini umumnya dipergunakan untuk berbagai kegiatan perencanaan dan desain seperti jalan raya, jalan kereta api, jembatan, jalur pipa, tanggul, jaringan listrik, jaringan telepon, bendungan, pelabuhan, pembangunan perkotaan, dsb. Untuk melihat lebih lanjut klik di http://geomaticsandsurveying.blogspot.com/search/label/photogrametry

Pengukuran titik control tanah.
Adapun pemetaan secara fotogrametrik adalah pemetaan melalui foto udara (periksa foto simulasi di atas). Hasil pemetaan secara fotogrametrik berupa peta foto tidak dapat langsung dijadikan dasar atau lampiran penerbitan Sertipikat Hak atas Tanah. Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari referensi pengukuran secara terestris, mulai dari penetapan ground controls (titik dasar kontrol) hingga kepada pengukuran batas tanah. Batas-batas tanah yang diidentifikasi pada peta foto harus diukur di lapangan.

Triangulasi Udara
Triangulasi udara adalah merupakan bagian kegiatan dalam pemetaan fotogrametri dengan cara mengukur titik-titik minor foto, kemudian ditranformasi ke titik referensi (titik kontrol tanah).
Kegiatan triangulasi udara ini dapat dilaksanakan dalam waktu yang singkat dan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan metode konvensional yang dilakukan secara terestris dilapangan.
Berdasarkan cara pengukuran yang dilakukan dan instrument yang digunakan yaitu menggunakan metode Model Bebas (independent model) yang berdasarkan pada unit dasar model dimana dilakukan pengukuran koordinat titik-titik model hasil orientasi relatif dan pengukuran koordinat pusat proyeksi foto udara.

Restitusi foto
Dalam Sistem Informasi Pertanahan, data geometris yang dipergunakan untuk mendefinisikan referensi geografis haruslah terletak dalam satu sistem. Dalam pengumpulan data geometris, disamping cara teresteris, cara fotogrametris merupakan salah satu alternatif yang dapat dipergunakan. Dalam pengumpulan data geometris dari sumber data foto udara peralatan dan sumber data merupakan faktor yang harus diperhatikan . Disamping cara restitusi foto udara melalui model 3 demensi, alternatif lain yang dapat dikembangkan adalah pengumpulan data-data berdasarkan pengamatan foto tunggal dengan menggunakan alat digitizer.
Thesis ini bertujuan untuk mendapatkan kemungkinan pemanfaatan foto udara tunggal dengan alat digitizer sebagai sumber data geometris Sistem Informasi Pertanahan. Foto udara yang digunakan mempunyai skala 1:5500. Sedangkan untuk pengembangan pemakaiannya, dilakukan pembentukan struktur data geometris dan semantik. Data geometris yang dihasilkan dalam percobaan ini dapat dipergunakan untuk keperluan Sistem Informasi Pertanahan. Namun demikian untuk keperluan pengumpulan data bagi Pendaftaran Tanah atau Ipeda belum memenuhi syarat. Ketelitian data dapat ditingkatkan dengan melaku kan pengontrolan terhadap identifikasi obyek dan kestabilan bahan. Sedangkan struktur data yang dihasilkan diharapkan dapat dijadikan sebagai model awal yang dapat dikembangkan untuk keperluan yang lebih luas.



foto udara

4 Februari 2010 in geodesy

Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu objek fisik dan keadaan disekitarnya melalui proses perekaman, pengamatan/pengukuran dan interpretasi image fotografis.[1] Studi teknik fotografi di dalam pemetaan dimaksudkan untuk memperoleh gambaran permukaan bumi yang lebih luas dan cepat dibandingkan pengukuran-pengukuran terestrial (survei lapangan).

Batasan definisi fotogrametri tidak terbatas pada penggunaan pesawat terbang, pada awal studinya masih menggunakan balon terbang bahkan layang-layang, saat inipun dikenal teknik pemotretan udara dengan pesawat tanpa awak (FUFK). Oleh karena itu fokus studi sebenarnya adalah pada efek fotografis yaitu penggunaan lensa pada kamera yang menghasilkan gambar dari pantulan sinar matahari.

Prinsip dasar dari fotogrametri adalah :

Lensa dan Kamera

Lensa adalah alat optik yang memiliki nilai simetri axial (kelengkungan yang hampir datar) yang sempurna atau mendekati sempurna, dan dapat meneruskan atau memantulkan cahaya, mengkonversi dan diversi gelombang (lihat gambar).


Jenis format kamera dipengaruhi nilai fokus lensa (jarak pusat lensa menuju bidang fokus), untuk pemotretan udara nilai fokus ini fixed (tidak dapat berubah) berbeda dengan kamera fotografi yang dapat diubah tergantung jarak objek. Selain itu sudut liputan (field of view) yang merupakan sudut kerucut berkas-berkas sinar yang datang dari daratan melewati lensa, semakin lebar sudut liputan maka fokus lensa akan berkurang. Sudut sempit cocok digunakan untuk daerah bergunung karena pergeseran relief dipusat lensa/nadir (principal point) relatif minimum, sedangkan kamera bersudut lebar cocok untuk daerah datar karena keuntungan ekstra coverage dari sudut yang lebar.Klasifikasi Jarak Fokus Sudut Liputan
Sudut Sempit 304,8 mm Kurang dari 600
Sudut Normal 209,5 mm 600 sampai 750
Sudut Lebar 152,4 mm 750 sampai 1000
Sudut Sangat Lebar 88,9 mm Lebih dari 1000


.

Sebuah foto udara tunggal akan terbingkai dengan ukuran 23 cm x 23 cm (foto udara metrik pada umumnya), disertai beberapa informasi tepi seperti fiducial mark, jam pengambilan foto, altimeter ketinggian terhadap MSL, Nivo derajat kemiringan kamera, serta fokus lensa kamera.


.

Geometri Foto

Geometri foto udara pada dasarnya tidak akan selalu berada pada kondisi yang ideal (tegak sempurna), hal tersebut dapat diakibatkan beberapa faktor:
Pergerakan wahana, adanya variasi tinggi terbang dan pergerakan rotasi dari pesawat menyebabkan variasi bentuk objek;
Pergeseran relief, variasi tinggi permukaan tanah menyebabkan bentuk radial dari objek-objek yang tinggi ekstrim seperti gedung tinggi, tiang listrik, dsb;
Foto udara miring, sumbu optik kamera membentuk sudut terhadap arah gaya berat (tidak boleh lebih dari 3o);
Overlap dan Sidelap, besaran overlap dan sidelap (60% untuk overlap dan 30% untuk sidelap) menyebabkan paralaks pada foto;
Crab & Drift, pengaruh angin yang mendorong badan pesawat menyebabkan penyimpangan pemotretan dari rencana jalur terbang membuat variasi posisi dan bisa menimbulkan gap;


.

Pengolahan

Triangulasi udara merupakan suatu teknik perbanyakan titik kontrol yang diperlukan untuk proses restitusi foto atau orientasi foto ke dalam referensi tertentu, titik kontrol ini biasa disebut titik minor. Titik kontrol tersebut umumnya diperlukan minimum sebanyak 6 (enam) buah pada setiap model foto stereo dan diperoleh sebagai hasil hitungan matematis fotogrametri dengan menggunakan data hasil pengukuran pada model stereo dan hasil pengukuran kontrol lapangan.

Sehubungan dengan jumlah foto udara digital yang banyak dimana konsekuensinya akan membutuhkan jumlah titik kontrol yang cukup banyak. Namun hal ini dapat diatasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Menggunakan jalur terbang tambahan berupa jalur yang memotong sehingga menambah kekuatan blok pemetaan.
Menggunakan unsur-unsur alam yang mempunyai sifat pasti sebagai titik kontrol tambahan (misalnya beda tinggi antara atap suatu rumah yang umumnya sama tinggi).


Rf.stereo
Restitusi foto stereo

Proses pemetaan fotogrametris yang menggunakan dua buah foto udara yang saling bertampalan, sehingga dari tampalan tersebut dapa dibuat bayangan tiga dimensi. Model tiga dimensi ini dengan bantuan beberapa titik kontrol foto kemudian diorientasikan sedemikian rupa sesuai model absolut sesuai dengan keadaan lapangan

Rf. Tunggal
Restitusi foto tunggal

Pemetaan topografi dengan metode fotogrametris yang hanya menggunakan satu buah foto saja sebagai bahan bakunya. Restitusi ini bertujuan melakukan transformasi bayangan kepada bayangan lainnya sedemikian rupa sehingga mempunyai sifat yang sama dengan sebuah peta.

Geometrik citra adalah korelasi antara koordinat suatu obyek (x,y) pada citra dengan koordinat (X,Y) pada permukaan bumi. Koreksi geometrik diperlukan untuk menghilangkan distorsi geometrik pada citra dan juga untuk mendapatkan hubungan antara sistem koordinat citra (baris,kolom) dengan sistem koordinat proyeksi.

Koreksi ini adalah merupakan proses mentransformasi koordinat titik-titik pada citra yang masih mengandung kesalahan geometrik menjadi citra yang benar. Dalam pekerjaan koreksi geometrik, terdapat satu tahap yang dikenal dengan nama rektifikasi.

Rektifikasi
Rektifikasi adalah suatu proses pekerjaan untuk memproyeksikan citra yang ada ke bidang datar dan menjadikan bentuk konform (sebangun) dengan sistem proyeksi peta yang digunakan, juga terkadang meng-orientasikan citra sehingga mempunyai arah yang benar (Erdas, 1991)

kartografi
. Kartografi (atau pembuatan peta) adalah studi dan praktek membuat peta atau globe. Peta secara tradisional sudah dibuat menggunakan pena dan kertas, tetapi munculnya dan penyebaran komputer sudah merevolusionerkan kartografi. Banyal peta komersial yang bermutu sekarang dibuat dengan perangkat lunak pembuatan peta yang merupakan salah satu di antara tiga macam utama; CAD (desain berbatuan komputer), GIS (Sistem Informasi Geografis), dan perangkat lunak ilustrasi peta yang khusus.

Peta foto
Peta garis

Peta garis didapat dari survei lapangan yaitu pengukuran di lapangan yang selanjutnya dihitung dan terakhir disajikan dalam bentuk plotting pada kertas, kalkir ataupun pada drafting film. Ada pula peta garis yang didapat dari foto udara yang diproses dengan cara mengeplotkan hasil foto tersebut sedemikian rupa sehingga tergambar menjadi peta garis.

Peta foto

Peta foto didapat dari survei udara yaitu melakukan pemotretan lewat udara pada daerah tertentu dengan aturan fotogrametris tertentu. Sebagai gambaran pada foto dikenal ada 3 (tiga) jenis yaitu foto tegak, foto miring dan foto miring sekali. Yang dimaksud dengan foto tegak adalah foto yang pada saat pengambilan objeknya sumbu kamera udara sejajar dengan arah gravitasi( tolerensi <3o), sedangkan yang disebut dengan foto miring sekali apabila pada foto tersebut horison terlihat. Untuk foto miring, batasannya adalah antara kedua jenis foto tersebut. Secara umum foto yang digunakan untuk peta adalah foto tegak (Wolf, 1974).

My Favorites

buku tamu

Followers