Saturday, December 11, 2010

Penggunaan Total Stasion dalam Pengukuran Terrestris

Penggunaan Total Station dalam Pengukuran Terrestris
1.Survey pendahuluan
2.Pembuatan Sketsa pada area yang akan dipetakan
3.Penentuan kode titik dan nomor titik
4.Desain lokasi titik kontrol pemetaan
5.Pendefinisian titik kontrol pemetaan (TBM)
6.Pengukuran detail/objects yang akan dipetakan
7.Down-load data hasil pengukuran
8.Editing dan lay-outing peta hasil

1.Survey pendahuluan
*Tahap ini merupakan tahap pengenalan area sebelum area tersebut diukur atau dipetakan.
*Survey pendahuluan dilakukan dengan harapan “Surveyor” bisa merencanakan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi kemungkinan kendala yang akan terjadi pada saat pengukuran.
*Melalui pengenalan lapangan ini, diharapkan “Surveyor” bisa menentukan strategi yang tepat dalam proses pengukuran.
2.Pembuatan Sketsa pada area yang akan dipetakan
*Pembuatan sketsa lapangan merupakan suatu pekerjaan yang sangat penting dalam pengukuran terestris dengan menggunakan Total Station.
*Pembuatan sket ini dilakukan pada saat survei pendahuluan.
*Diharapkan dengan survei pendahuluan dan pebuatan sket ini surveyor benar-benar telah mengenal dan menguasai medan yang akan diukurnya.
*Sket area yang dipetakan sebetulnya sangat diperlukan nanti ketika proses penggambaran (baik penggambaran manuskrip, maupun digital).
*Sket yang digambar haruslah dibuat sedemikan rupa sehingga bisa ”menyerupai” atau ”mendekati” kondisi lapangan yang sebenarnya (dengan penskalaan tertentu).
*Dengan adanya sket lapangan ini, bisa diidentifikasi posisi relatif titik terhadap titik yang lainnya, atau posisi relatif titik terhadap obyek, atau posisi relatif obyek terhadap obyek yang lainnya.
3.Penentuan kode titik dan nomor titik
*Pembuatan sket (sketching) pada daerah yang akan dipetakan adalah sesuatu yang mutlak dikerjakan dalam pengukuran dengan menggunakan TS.
*Sketching ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam manajemen data pengukuran, dan proses penggambaran.
*Menterjemahkan sket kepada sesama manusia sangatlah mudah, tetapi tidak demikian dengan TS.
*Pemberian kode dan nomor pada detil, menjadi solusi untuk mengorganisasi data hasil ukuran pada alat TS
*Pengkodean merupakan kunci dari pengukuran dan penggambaran secara digital baik menggunakan TS, RTK, atau pun menggunakan teodolit biasa yang kemudian data hasil pengukurannya dikonversi menjadi data dalam format digital.
*Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penomoran dan pengkodean detil, yaitu :
-setiap objek memiliki kode yang unik (stn, jl, jl12, bgn23, dll)
-setiap titik detil pada suatu objek memiliki nomer yang unik (1, 2, 12, 124, 1008, 1201, dll)
-pada alat-alat tertentu nomor titik selama pengukuran harus unik, artinya tdk boleh ada redundancy dalam Point Number
-penggambaran objek didasarkan pada pencarian kode yang sama dan nomor titik yang berurutan sebagaimana yang ada pada sketsa
4.Desain lokasi titik kontrol pemetaan
*Sebagaimana pengukuran terestris pada umumnya, penempatan titik kontrol pemetaan haruslah memenuhi aturan sebagai berikut:
-Titik kontrol dipasang pada lokasi yang aman dari gangguan, dan tidak mengganggu atau membahayakan.
-Titik kontrol harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga posisi titik kontrol sebelum dan sesudahnya adalah jelas terlihat dan tidak ada penghalang.
-Jaring titik kontrol yang dipakai haruslah memiliki ”strength of figure” yang bagus, terlebih jika pendefinisian koordinatnya adalah dengan “adjustment” data pengukuran sudut dan jarak.
-Titik kontrol haruslah dipasang pada tempat yang mampu mengikat banyak detil di sekitarnya.
*Setelah desain selesai, selanjutnya pada tempat tersebut dipasang patok sebagai tanda dimana titik pemetaan itu ada.
*Patok ini bisa bersifat permanen atau sementara tergantung pada tujuan dari pemetaan yang akan dilakukan
5.Pendefinisian titik kontrol pemetaan (TBM)
*Pengukuran dalam rangka pendefinisian koordinat titik kontrol pemetaan dilakukan dengan pengukuran sudut dan jarak.
*Perhitungan koordinat dilakukan dengan mengikuti beberapa prinsip pengukuran, diantaranya:
-Adjustment (triangulasi, trilaterasi, poligon tertutup, poligon terbuka terikat sempurna, leveling)
-Real-time coordinate
*Beberapa langkah yang perlu diperhatian dalam pengukuran titik kontrol pemetaan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Diperlukan minimal harus ada dua titik kontrol yang sudah diketahui koordinatnya atau satu titik kontrol yang diketahui koordinatnya dan azimut sisi ke arah titik kontrol yang lain harus di ketahui (atau diukur).
b. Dirikan TS pada titik yang diketahui koordinatnya (”Occupied Point atau STN”), selanjutnya lakukan seting sumbu I vertikal ( “centering”)
c. Dirikan prisma pada titik yang dijadikan sebagai acuan (”Back-Sight Point / BS”)  titik lain yang diketahui koordinat atau azimutnya dari titik tempat alat berdiri. Demikian juga untuk titik yang akan dijadikan sebagai titik kontrol pemetaan berikutnya (”Fore-Sight Point / FS”)
d.Hidupkan Total Station dan buat file kerja (“job file”) pada alat Total Station.
e.Masukkan koordinat titik STN (X, Y, Z, atau E, N, h) pada TS. Masukkan juga tinggi alat dari titik/patok, serta jangan lupa untuk mendefinisikan kode titik dan nomor titik untuk STN tersebut.
f.Lakukan seting untuk orientasi pengukurannya, yaitu dengan memasukkan koordinat titik BS atau azimuth kearah titik BS. perlu diingat pula untuk memasukkan tinggi target, kode titik, dan nomor titik.
g.Lakukan pengukuran koordinat titik FS, jangan lupa untuk mendefinisikan tinggi reflector, kode titik, dan nomor titik.

h.Apabila langkah a) s.d. g) telah selesai dilakukan, pindahkan TS pada titik berikutnya (titik FS).

i.Ulangi langkah b) s.d. g) pada setting selanjutnya, dimana:
-titik STN yang tadi akan menjadi titik BS pada pengukuran sekarang, dan
-titik FS yang tadi akan menjadi titik STN pada pengukuran sekarang.
-Inputting koordinat titik BS dan tititk STN bisa dilakukan dengan memanggil data pengukuran sebelumnya di memori TS
6.Pengukuran detail/objects yang akan dipetakan
*Secara teknis pengukuran detil yang akan dipetakan dengan pengukuran titik kontrol pemetaan adalah sama persis,
*Yang membedakan hanyalah tinggi target, pengkodean titik, serta penomoran titik saja
7.Down-load data hasil pengukuran
*Data hasil pengukuran TS belum memiliki format yang standar, sehingga masing-masing “brand” memiliki format tertentu yang hanya bisa dikenali oleh software “bawaan” nya.
*Data hasil down-load bisa berupa “daftar koordinat” atau bisa juga berupa “data ukuran sudut dan jarak”
*Untuk mengatasi hal ini, biasanya hasil download kemudian dikonversi ke dalam format yang umum digunakan, misal: *.dxf, *.csv, *.txt, dll
8.Editing dan lay-outing peta hasil
*Editing data hasil pengukuran meliputi:
-Penggambaran garis-garis tepi detil
-Interpolasi garis-garis kontur
*Lay-outing Peta Hasil meliputi:
-Penyusunan obyek terukur dalam layer-layer menurut kesamaan tertentu
-Penambahan informasi tepi peta, dan beberapa informasi penunjang
-Penyajian gambar hasil pengukuran menjadi sebuah peta (2D atau 3D), model 3D, Sistem Informasi Spasial

No comments:

Post a Comment

My Favorites

buku tamu

Followers