Thursday, December 16, 2010

SISTEM PROYEKSI POLIEDER

di kutip dari buku Dosen Proyeksi Peta UGM
Ir.Rochmad Muryamto,M.Eng.Sc
email rochmad_mury@ugm.ac.id


Ciri-ciri yang penting pada proyeksi polieder :
1. Merupakan proyeksi kerucut konform
2. Bidang kerucut menyinggung bola bumi (tangent) pada salah satu paralel (dinamakan paralel tengah) yang diproyeksikan equidistant ( merupakan paralel standar dengan faktor skala k = 1).
3. Bumi dibagi dalam jalur-jalur yang dibatasi oleh dua garis paralel dengan beda lintang 20' (jalur selebar 20' diproyeksikan pada kerucut tersendiri). Kerucut-kerucut tersebut menyinggung bola bumi setiap lintang = +/- 10' , +/- 30' , +/- 50'.
4. Jalur selebar 20' dibagi menjadi bagian-bagian derajat yang berukuran 20' X 20', yang dinamakan Satu Lembar Bagian Derajat (1 LBD).
5. Meridian tergambar sebagai garis-garis lurus yang konvergent ke arah kutub. Paralel tergambar sebagai lingkaran-lingkaran yng konsentris.
6. Setiap Lembar Bagian Derajat mempunyai sistem Koordinat sendiri, yaitu :
- - Sumbu X : Paralel Tengah
- Sumbu Y : Meridian Tengah
- Titik Nol : Perpotongan meridian dan paralel tengah, disebut pusat LBD.
- Absis X : Positif, di sebelah Timur Meridian Tengah
- Ordinat Y : Positif, di sebelah Utara Paralel Tengah

SISTEM PROYEKSI MERCATOR

di kutip dari buku Dosen Proyeksi Peta UGM
Ir.Rochmad Muryamto,M.Eng.Sc
email rochmad_mury@ugm.ac.id


Ciri-ciri yang penting pada proyeksi mercator :
1. Merupakan proyeksi silinder normal konform.
2. Bidang silinder menyinggung bola bumi (tangent) pada ekuator yang diproyeksikan secara equidistant (mempertahankan jarak), sehingga faktor skala ekuator (k) = 1. Semakin jauh dari ekuator, harga k semakin membesar.
3. Meridian tergambar sebagai garis-garis lurus yang sejajar dan berjarak sama, sehingga pada proyeksi mercator tidak terdapat konvergensi meridian.
4. Paralel yang tergambar sebagai garis lurus yang berjarak tidak sama dan tegak lurus meridian. Semakin jauh dari ekuator jarak antara paralel semakin besar.
5. Seluruh wilayah Indonesia dapat dipetakan dalam suatu sitem koordinat, yaitu :
- Sumbu X : Ekuator
- Sumbu Y : Meridian Jakarta (bujur jakarta = 106 derajat 48 menit 27,79 detik timur Greenwich)
- Titik Nol : Perpotongan meridian Jakarta dengan Ekuator
- Absis X : Positif, di sebelah Timur Jakarta
- Ordinat Y : Positif, di sebelah Utara Jakarta

Saturday, December 11, 2010

Penggunaan Total Stasion dalam Pengukuran Terrestris

Penggunaan Total Station dalam Pengukuran Terrestris
1.Survey pendahuluan
2.Pembuatan Sketsa pada area yang akan dipetakan
3.Penentuan kode titik dan nomor titik
4.Desain lokasi titik kontrol pemetaan
5.Pendefinisian titik kontrol pemetaan (TBM)
6.Pengukuran detail/objects yang akan dipetakan
7.Down-load data hasil pengukuran
8.Editing dan lay-outing peta hasil

1.Survey pendahuluan
*Tahap ini merupakan tahap pengenalan area sebelum area tersebut diukur atau dipetakan.
*Survey pendahuluan dilakukan dengan harapan “Surveyor” bisa merencanakan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi kemungkinan kendala yang akan terjadi pada saat pengukuran.
*Melalui pengenalan lapangan ini, diharapkan “Surveyor” bisa menentukan strategi yang tepat dalam proses pengukuran.
2.Pembuatan Sketsa pada area yang akan dipetakan
*Pembuatan sketsa lapangan merupakan suatu pekerjaan yang sangat penting dalam pengukuran terestris dengan menggunakan Total Station.
*Pembuatan sket ini dilakukan pada saat survei pendahuluan.
*Diharapkan dengan survei pendahuluan dan pebuatan sket ini surveyor benar-benar telah mengenal dan menguasai medan yang akan diukurnya.
*Sket area yang dipetakan sebetulnya sangat diperlukan nanti ketika proses penggambaran (baik penggambaran manuskrip, maupun digital).
*Sket yang digambar haruslah dibuat sedemikan rupa sehingga bisa ”menyerupai” atau ”mendekati” kondisi lapangan yang sebenarnya (dengan penskalaan tertentu).
*Dengan adanya sket lapangan ini, bisa diidentifikasi posisi relatif titik terhadap titik yang lainnya, atau posisi relatif titik terhadap obyek, atau posisi relatif obyek terhadap obyek yang lainnya.
3.Penentuan kode titik dan nomor titik
*Pembuatan sket (sketching) pada daerah yang akan dipetakan adalah sesuatu yang mutlak dikerjakan dalam pengukuran dengan menggunakan TS.
*Sketching ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam manajemen data pengukuran, dan proses penggambaran.
*Menterjemahkan sket kepada sesama manusia sangatlah mudah, tetapi tidak demikian dengan TS.
*Pemberian kode dan nomor pada detil, menjadi solusi untuk mengorganisasi data hasil ukuran pada alat TS
*Pengkodean merupakan kunci dari pengukuran dan penggambaran secara digital baik menggunakan TS, RTK, atau pun menggunakan teodolit biasa yang kemudian data hasil pengukurannya dikonversi menjadi data dalam format digital.
*Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penomoran dan pengkodean detil, yaitu :
-setiap objek memiliki kode yang unik (stn, jl, jl12, bgn23, dll)
-setiap titik detil pada suatu objek memiliki nomer yang unik (1, 2, 12, 124, 1008, 1201, dll)
-pada alat-alat tertentu nomor titik selama pengukuran harus unik, artinya tdk boleh ada redundancy dalam Point Number
-penggambaran objek didasarkan pada pencarian kode yang sama dan nomor titik yang berurutan sebagaimana yang ada pada sketsa
4.Desain lokasi titik kontrol pemetaan
*Sebagaimana pengukuran terestris pada umumnya, penempatan titik kontrol pemetaan haruslah memenuhi aturan sebagai berikut:
-Titik kontrol dipasang pada lokasi yang aman dari gangguan, dan tidak mengganggu atau membahayakan.
-Titik kontrol harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga posisi titik kontrol sebelum dan sesudahnya adalah jelas terlihat dan tidak ada penghalang.
-Jaring titik kontrol yang dipakai haruslah memiliki ”strength of figure” yang bagus, terlebih jika pendefinisian koordinatnya adalah dengan “adjustment” data pengukuran sudut dan jarak.
-Titik kontrol haruslah dipasang pada tempat yang mampu mengikat banyak detil di sekitarnya.
*Setelah desain selesai, selanjutnya pada tempat tersebut dipasang patok sebagai tanda dimana titik pemetaan itu ada.
*Patok ini bisa bersifat permanen atau sementara tergantung pada tujuan dari pemetaan yang akan dilakukan
5.Pendefinisian titik kontrol pemetaan (TBM)
*Pengukuran dalam rangka pendefinisian koordinat titik kontrol pemetaan dilakukan dengan pengukuran sudut dan jarak.
*Perhitungan koordinat dilakukan dengan mengikuti beberapa prinsip pengukuran, diantaranya:
-Adjustment (triangulasi, trilaterasi, poligon tertutup, poligon terbuka terikat sempurna, leveling)
-Real-time coordinate
*Beberapa langkah yang perlu diperhatian dalam pengukuran titik kontrol pemetaan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Diperlukan minimal harus ada dua titik kontrol yang sudah diketahui koordinatnya atau satu titik kontrol yang diketahui koordinatnya dan azimut sisi ke arah titik kontrol yang lain harus di ketahui (atau diukur).
b. Dirikan TS pada titik yang diketahui koordinatnya (”Occupied Point atau STN”), selanjutnya lakukan seting sumbu I vertikal ( “centering”)
c. Dirikan prisma pada titik yang dijadikan sebagai acuan (”Back-Sight Point / BS”)  titik lain yang diketahui koordinat atau azimutnya dari titik tempat alat berdiri. Demikian juga untuk titik yang akan dijadikan sebagai titik kontrol pemetaan berikutnya (”Fore-Sight Point / FS”)
d.Hidupkan Total Station dan buat file kerja (“job file”) pada alat Total Station.
e.Masukkan koordinat titik STN (X, Y, Z, atau E, N, h) pada TS. Masukkan juga tinggi alat dari titik/patok, serta jangan lupa untuk mendefinisikan kode titik dan nomor titik untuk STN tersebut.
f.Lakukan seting untuk orientasi pengukurannya, yaitu dengan memasukkan koordinat titik BS atau azimuth kearah titik BS. perlu diingat pula untuk memasukkan tinggi target, kode titik, dan nomor titik.
g.Lakukan pengukuran koordinat titik FS, jangan lupa untuk mendefinisikan tinggi reflector, kode titik, dan nomor titik.

h.Apabila langkah a) s.d. g) telah selesai dilakukan, pindahkan TS pada titik berikutnya (titik FS).

i.Ulangi langkah b) s.d. g) pada setting selanjutnya, dimana:
-titik STN yang tadi akan menjadi titik BS pada pengukuran sekarang, dan
-titik FS yang tadi akan menjadi titik STN pada pengukuran sekarang.
-Inputting koordinat titik BS dan tititk STN bisa dilakukan dengan memanggil data pengukuran sebelumnya di memori TS
6.Pengukuran detail/objects yang akan dipetakan
*Secara teknis pengukuran detil yang akan dipetakan dengan pengukuran titik kontrol pemetaan adalah sama persis,
*Yang membedakan hanyalah tinggi target, pengkodean titik, serta penomoran titik saja
7.Down-load data hasil pengukuran
*Data hasil pengukuran TS belum memiliki format yang standar, sehingga masing-masing “brand” memiliki format tertentu yang hanya bisa dikenali oleh software “bawaan” nya.
*Data hasil down-load bisa berupa “daftar koordinat” atau bisa juga berupa “data ukuran sudut dan jarak”
*Untuk mengatasi hal ini, biasanya hasil download kemudian dikonversi ke dalam format yang umum digunakan, misal: *.dxf, *.csv, *.txt, dll
8.Editing dan lay-outing peta hasil
*Editing data hasil pengukuran meliputi:
-Penggambaran garis-garis tepi detil
-Interpolasi garis-garis kontur
*Lay-outing Peta Hasil meliputi:
-Penyusunan obyek terukur dalam layer-layer menurut kesamaan tertentu
-Penambahan informasi tepi peta, dan beberapa informasi penunjang
-Penyajian gambar hasil pengukuran menjadi sebuah peta (2D atau 3D), model 3D, Sistem Informasi Spasial

Detail measurement by GNSS and by TS

Detail measurement by GNSS

*Metode DGPS
*Metode rapid statik
*Metode Real Time Kinematik ( RTK )
-Koreksi via radio
-Koreksi via IP/internet
*Metode Real Time Kinematik ( RTK ) yaitu penentuan posisi titik-titik yang bergerak dengan minimal menggunakan 2 receiver GPS (base dan rover).
*Data yang diperoleh secara langsung akan dikoreksi ( Koreksi Diferensial ).
*Koreksi diferensial, yaitu koreksi yang dapat dieliminasi dan direduksi yang dikirimkan dengan menggunakan sistem komunikasi data tertentu secara real time.
*Koreksi diferensial meliputi :
- Koreksi jam satelit
- Koreksi jam receiver
- Koreksi kesalahan bias ionosfer dan troposfer

Detail measurement by TS
*Total Station (TS) merupakan sebuah alat elektronik yang bisa digunakan untuk mengukur sudut dan jarak, serta dilengkapi kemampuan perhitungan koordinat dan beberapa program aplikasi pengukuran dan pemetaan.

*Dengan kata lain: Total Station (TS) merupakan gabungan dari Theodolite dan Electronic Distance Meter (EDM) yang dilengkapi dengan micro-processor dan data-logger (storage).

Komponen TS
-Unit pengukur sudut elektronik (theodolite)
-Unit pengukur jarak elektronik (EDM)
-Unit pengumpul dan penyimpan data
-Unit pemroses data
-Prisma

Ketelitian Total Station
1. Ketelitian pada alat Total Station terdiri atas:
- Ketelitian ukuran sudut
Ketelitian ini biasanya selalu dituliskan pada nomor seri alat, besarnya berkisar pada nilai 1”, 2”, 3”, 5”, 6”, 7”, atau 10”
- Angka bacaan yang ada pada layar display, tidak menunjukkan ketelitian tersebut, karena alat juga mampu untuk menginterpolasi sampai dengan bacaan yang diinginkan (1”, 5” atau 10”)
Misal: DTM-352 (ketelitian 5”)
TCR-705 (ketelitian 5”)
NTS-325 (ketelitian 5”)
Set-610 (ketelitian 6”)
Trimbel M3 (ketelitian 3”)
GTS-229 (ketelitian 10”)


2. Ketelitian ukuran jarak
Tidak sebagaimana ketelitian sudut yang “disertakan” dalam nomor seri alat, ketelitian ini hanya diketahui dari “manual” alat.

Ketelitian ini menunjukkan kesalahan yang diijinkan selama proses pengukuran jarak di lapangan

Biasanya dinyatakan dalam amm + (bppm * Jarak)
misal: 2mm+3ppm*Jarak > 5mm dalam 1Km
2mm+2ppm*Jarak > 4mm dalam 1Km
10mm+10ppm*Jarak > 20mm dalam 1Km > prism-less

Jangkauan Pengukuran TS


Jangkauan pengukuran TS sangat dipengaruhi oleh:
- kekuatan GEM yang dipakai dan

- kemampuan target dalam memantulkan sinyal GEM.
+ Mini prisma > s.d. 1 Km
+ 1 prisma > s.d. 3 Km
+ 3 prisma > s.d. 4 Km
+ 9 prisma > s.d. 5 Km
+ Tanpa prisma > s.d 200-300 meter
untuk brand tertentu s.d. 1.2 Km

Pengukuran Titik Kontrol Pemetaan

Pengukuran Titik Kontrol Pemetaan


Ada 3 cara yang bisa dilakukan dalam pengukuran titik kontrol pemetaan dengan menggunakan pita ukur:
-Membuat rangkaian segitiga (jaring segitiga)
-Membuat garis basis
-Membuat garis pengikat


Pengukuran detil


Pada prinsipnya, pengukuran detil dapat ditentukan dari titik kerangka peta, dan dari titik pada sisi kerangka peta (garis ukur).
Secara umum ada tiga cara yang bisa digunakan:
- Penyikuan
Dengan prisma
Dengan pita ukur
- Pengikatan
Pada titik di sisi poligon
Pada titik ikat pemetaan
- Interpolasi

Detil Measurement

DETAIL MEASUREMENT


Peta merupakan penyajian gambaran objek atau fenomena (kondisi real) yang ada di permukaan bumi yang diproyeksikan pada bidang datar, dengan skala yang tertentu.
Untuk area yang luas, maka kelengkungan bumi harus diperhatikan, untuk itu diperlukan sistem proyeksi.
Sistem proyeksi akan “memaksa” bumi yang kondisinya berupa ellipsoid yang tidak teratur itu, menjadi sebuah bidang datar.
Tetapi untuk area yang hanya memiliki cakupan sempit, bumi bisa diasumsikan sebagai bidang datar.
Untuk dapat melakukan penggambaran objek atau fenomena diatas permukaan bumi, maka mutlak diperlukan pengukuran lapangan.
Pengukuran dilakukan dengan mempertimbangkan skala penyajian, yang juga menunjukkan tingkat kedetilan peta

Jenis-jenis Peta
Planimetric Maps
Hypsometric Maps
Topographic Maps

Planimetric Maps
- Hanya menyajikan kenampakan posisi horisontal dari objek
- Tidak menampilkan informasi dan kondisi topografisnya
- Menampilkan jarak-jarak horisontal yang sangat akurat
- Penyajiannya hanya pada bidang datar

Hypsometric Maps

- Menyajikan kondisi landscape atau relief suatu area pada permukaan bumi
- Biasanya disajikan dalam bentuk: Contours, Shading, Hachures, 3-D Grids

Topographic Maps
Merupakan gabungan dari elemen Planimetric and Hypsometric maps

Misleading and Confusing
1. Cakupan area sempit - skala besar - ketelitian tinggi - nilai toleransi kecil

2. Cakupan area luas - skala kecil - ketelitian rendah - nilai toleransi besar

Detail measurement by Tape
Dalam pengukuran detil dengan menggunakan pita ukur, secara umum tahapan yang dikerjakan sama dengan pengukuran detil dengan menggunakan instrumen yang lain (GPS, TS, Theodolite).
- Survey pendahuluan
- Pembuatan Sketsa area yang akan dipetakan
- Desain titik kontrol pemetaan
- Pengukuran titik kontrol pemetaan
- Pengukuran detil yang akan dipetakan
- Pencatatan data hasil pengukuran
- Editing dan lay-outing peta hasil

Garis Kontur

Garis Kontur

Garis kontur adalah garis yang menunjukkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama dari suatu bidang perantara. Pada gambar terlihat jenis-jenis dari garis contur.
Kecuraman (steepness)dari suatu lereng bisa ditentukan dari adanya interval contur dan jarak-jarak horizontal antara dua garis contur.

Skala Peta

Skala

Topografik map adalah representasi dari suatu daerah atau bagian dari bumi, jarak dari dua tempat yang diperlihatkan dipeta harus diketahui dengan suatu perbandingan yang tertentu dengan keadaan yang sesungguhnya. Dan perbandingan ini adalah merupakan skala dari peta. Missal :
a. 1 : 1000
b. 1 : 2000
c. 1 : 2500
a. 1 cm dipeta sama dengan 1000 cm dilapangan
b. 1 cm dipeta sama dengan 2000 cm dilapangan
c. 1 cm dipeta sama dengan 2500 cm dilapangan/

Pada pemilihan skala tergantung dari pada maksud dari peta yang dibuat, yaitu tergantung dari ketelitian jarak yang diukur dipeta yang digunakan dilapangan. Skala peta harus terlebih dahulu diketahui sebelum pekerjaan lapangan dikerjakan.

Friday, December 10, 2010

Pembuatan Peta Situasi

PEMBUATAN PETA SITUASI/TRANCHES


Peta Tranches adalah peta yang dilengkapi dengan garis-garis contour yang menunjukkan suatu tempat. Peta yang digunakan untuk pembangunan, proyek – proyek pengairan dan sebagainya, adalah peta tranches tersebut yang diperlengkapi dengan peta situasi, termasuk juga kedudukan bangunan-bangunan permanen. Ataupun bangunan-bangunan yang dibuat oleh manusia. Kita juga bisa mengatan bahwa kedudukan dari bangunan dimaksudkan sebagai planimetris, sedangkan cenfigurasi dari keadaan tanah dimaksudkan sebagai topografi.
Maksud dari pengukuran yang akan kita jalankan itu ialah untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk membuat suatu gambaran dari planimetrik dan topografis. Gambaran yang telah jadi kita namakan topografi map. Peta tersebut menunjukkan sekaligus jarak-jarak horizontal dan vertical dari suatu datum.
Dalam persiapan pembuatan peta topografi, kita perlikan pengukuran-pengukuran dilapangan termasuk penentuan titik-titik tetap, pekerjaan hitungan dan pengambaran.

Dalam pembuatan peta situasi ini memerlukan beberapa unsur penting. Skala, garis kontur, Judul Peta, Grid, dll

My Favorites

buku tamu

Followers